Cerita ini berawal pada saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada saat itu aku memang sudah sangat tergila-gila pada sesuatu yang berbau “HARRY POTTER”. Sampai pernah berkhayal jadi Harry. Sebelumnya aku tidak mengetahui bahwa kedua sahabatku ini juga menyukai “HARRY POTTER”. Mereka adalah ‘Indah purnama dewi’ yang akrab disapa Dewi, dan ‘Moh. Riski A’ yang akrab disapa Iki. Saat itu kami belum mengenal satu sama lainnya. Karena kami bertiga bersekolah di sekolah yang berbeda.
Pada waktu itu diadakan Olimpiade MIPA antar sekolah. Aku ditunjuk sebagai perwakilan sekolahku, begitu juga mereka berdua. Saat itulah kami bertiga bertemu. Tetapi belum juga sempat bertegur sapa. Karena mungkin waktu itu masing-masing memegang prinsip “Berbeda Sekolah Berarti Bermusuhan”.
Singkat cerita, kami bertiga sudah tamat dari Sekolah Dasar. Aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMP Al-Azhar, tetapi sayangnya hasil tesnya kurang memuaskan. Aku tidak lulus pada saat itu. Dengan terpaksa aku mendaftar di SMPN 16, tak disangka ternyata hasil tesnya menyatakan aku lulus dan mendapat peringkat satu. Pada saat Masa Orientasi Siswa, aku bertemu lagi dengan mereka berdua. Tetapi belum juga saling bertegur sapa, mungkin masih memegang prinsip tadi.
Setelah tiga hari melaksanakan MOS, tibalah saat pembagian kelas. Saat itu aku di tempatkan di kelas VII B, dan mereka berdua di kelas VII A. Hari demi hari berlalu saat kami bertiga telah duduk di bangku SMP, aku mulai akrab dengan Iki, dimana semua orang tahu dia mahir dalam Matematika. Tetapi saat itu, aku belum mengetahui bahwa dia juga menyukai “Harry Potter”. Lama berselang dari itu semester satu telah usai, dimana seharusnya pembagian rapor sudah dilaksanakan. Aku mendapatkan peringkat dua, Dewi mendapat peringkat empat, sedangkan Iki mendapatkan peringkat satu.
Seminggu kemudian setelah libur sekolah telah usai, pada pagi hari aku pergi ke sekolah seperti biasa. Sebelum memasuki gerbang sekolah yang biasa-biasa saja, seluruh siswa diwajibkan memungut sampah terlebih dahulu. Pada saat itu aku berpapasan dengan dewi, aku merasa ada yang aneh pada tatapannya. Ya, dia menatapku dengan sinis pada waktu itu. Di benakku “apa sebenarnya yang telah terjadi?” (waulahhualam).
Aku terus saja memikirkan hal itu dari apel sampai usai. Entah mengapa aku lagi-lagi merasa ada yang aneh. Tetapi kali ini pada perasaanku. Mungkinkah aku suka padanya? Mungkin saja. (bersambung).
Saturday, October 23, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment